Profesi dokter ataupun dokter gigi dan kegiatan
mendaki gunung merupakan hal yang menyenangkan, karena sama-sama berinteraksi
dengan banyak orang, membutuhkan kerjasama dengan orang lain dan saling
membantu. Meskipun sama-sama berat, tetapi kalau dilakukan dengan senang
hasilnya juga enjoy aja. Namun sebagian besar rekan dan teman sejawat
menganggap hal tersebut sulit untuk diwujudkan, menjadi dokter/dokter gigi
tetapi tetap mendaki gunung, apa iya??
Klo dibilang dokter dan dokter gigi merupakan profesi
yang super sibuk, mulai dari kuliah sampai nanti waktu sudah kerja, menurutku
nggak juga. Waktunya kuliah, ya kuliah aja. Waktu kerja ya kerja aja, asal
waktu libur harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Jangan sampe waktu libur
tersita buat mikirin kuliah ataupun kerjaan yang gak slesai2. Klo masih ada
tugas, tinggalin aja deh, naek gunung dulu biar fresh… :D
bersama drg.Ria dan drg.Ika (gn.semeru)
bersama Ulin (adek kelas FKG Unej)
Trus mendaki gunung kan berat? Emang bisa buat
dokter?
Saya sih termotivasi dari pengalaman senior2, ada
drg.Prapti Heryani, yang tetep bisa jalan2 dan naek gunung, bahkan keliling
Indonesia. Ada juga dr.Agung Hadyono, yang bahkan bisa sampai luar negeri.
Dibutuhkan niat yang kuat untuk sekedar meluangkan waktu jalan2 menikmati
pemandangan di gunung. Naek gunung tidak melulu menjadi hobi yang berat. Naek
gunung bisa untuk sekedar refreshing, menghilangkan kejenuhan dari pekerjaan
dan bising kota, untuk olahraga dan mencari udara yang segar. Tinggal bagaimana
kita mengelolanya, dibuat enjoy aja.
memancing di gunung rinjani
pemandangan dari gunung merbabu
pemandangan dari gunung kembar arjuna-welirang
pemandangan dari gunung merapi
suasana sabana di gunung argopuro
senja di gunung dempo
Dulu saya mendaki gunung juga karena ikut-ikutan, klo
untuk istilah sekarang pendaki 5cm, pendaki alay, nubi, dsb ; sampai sekarang
masih juga sih. Alat-alat cuma pinjam teman, pakai jaket seadanya, tenda juga
numpang, ilmu juga seadanya. Namun dari hasil beberapa kali percobaan
pendakian, dari situ saya bisa belajar, mendaki gunung tidak bisa hanya
asal2an, harus ada persiapan, baik fisik, mental maupun peralatannya. jangan
sampai kita menyusahkan orang lain karena kita tidak siap.
Hal positif yang bisa didapat dari mendaki gunung
adalah punya banyak teman. Sudah pasti kita butuh bantuan orang lain, baik saat
pendakian maupun hal lain. Nah temen pendaki biasanya lebih loyal, karena
pernah merasakan susah dan senang bersama naek gunung. Biasanya hal tersebut
terbawa sampai kita kembali ke kota, saling berkontak, bertukar informasi, dan
tidak jarang yang ketemu jodoh dan akhirnya menikah..
badut gunung (kalimati - gn.semeru)
merayakan ultah - gn.argopuro
bersama temen2 dari gemapita dan vertex (unej), palamega dan avante (ugm)
meski mendaki, tetap menjaga kesebersihan gigi
(sosialisasi dan sikat gigi bareng)
Beberapa teman mempunyai profesi bermacam-macam. Ada
yang jadi guru, dosen, perawat, pedagang, polisi, tentara, dsb. Tetapi kalau
sudah di gunung semua sama, gak ada yang istimewa, duduk sama tinggi, berdiri
sama rendah, berjalan sama sempoyongan. Kesempatan bertemu dengan beberapa
orang dengan latar belakang yang berbeda membuat wawasan kita menjadi luas,
tidak hanya melulu gigi…gigi…mulut…mulut…
Kalau mau mendaki mulai dari mana dulu?
Mendaki memang menyenangkan, bagi yang bisa
mempersiapkan dan mengelola perjalanannya, tetapi bisa menjadi fatal kalau
persiapannya hanya asal-asalan. Takarannya dari kemampuan fisik sendiri. Kalau
memang tidak punya banyak waktu untuk latihan, mulai dulu dari gunung-gunung
yang tidak terlalu tinggi, atau sekedar berwisata di daerah pegunungan, seperti
gunung bromo dan kawah ijen. Jika sudah merasa siap, baru ke gunung dengan
level yang lebih tinggi, seperti gunung lawu, gunung merapi, gunung
merbabu,dll. Saya sampai sekarang juga masih belajar, baru mencoba naik ke
gunung-gunung dengan ketinggian 2000-3000 mdpl. Gunung lawu, yang notabene
dekat dengan rumah, merupakan tempat bermain favorit. Jalurnya cukup jelas,
jika dari cemoro sewu-Plaosan-Magetan sudah tertata jalur batu sampai menjelang
puncak. Di atas juga ada warung favorit para pendaki, warung Mbok Yem. Sehingga
pendakian menjadi menyenangkan dan tidak terlalu berat.
puncak hargo dumilah gn.lawu
warung mbok yem ; oyyib, putra kedua mbok yem
warung tertinggi
Untuk daerah Jawa Timur sendiri, beberapa gunung
menjadi favorit untuk pendakian. Saya menyebutnya seven summit Jawa Timur,
meniru dan merujuk dari adanya seven summit dunia dan seven summit Indonesia. 7
gunung tersebut yaitu:
1. gunung raung (sekitar Jember-Bondowoso-banyuwangi)
2. gunung Argopuro (sekitar Probolinggo dan Situbondo)
3. gunung semeru (sekitar
Malang dan Lumajang)
4. gunung arjuna (sekitar Malang, Pasuruan)
5. gunung welirang (sekitar Malang, Pasuruan dan
Mojokerto)
6. gunung wilis (sekitar Kediri dan Madiun)
7. gunung Lawu
(perbatasan jawa Timur dan Jawa Tengah)
Gunung-gunung tersebut mempunyai
keistimewaan masing-masing; Gunung Raung merupakan gunung dengan kawah terbesar
di Jawa, gunung Argopuro merupakan gunung dengan trek terpanjang di Jawa,
gunung semeru merupakan gunung tertinggi di Jawa, Gunung arjuna mempunyai jalur
yang cukup banyak, gunung welirang menjadi tempat tambang belerang tertinggi di
Jawa, Gunung wilis mempunyai banyak puncak dan gunung Lawu mempunyai warung
tertinggi di Jawa. Gunung-gunung tersebut merupakan sapta pesona Jawa Timur,
membujur dari barat ke timur berderetan. Kalau banyak orang berlomba2 untuk
berwisata ke luar negeri, atau mendaki gunung salju yang ada di luar, saya
sudah cukup senang bisa mendaki 7 gunung di Jawa timur ini. Karena keindahannya
tidak kalah dibanding dengan yang lain.
seven summit jawa timur
Mendaki gunung tidak melulu hanya persoalan jalan
kaki, bawa tas keril, naek sampai puncak, tetapi kita juga bisa mengembangkan
hobi lain. Bagi yang suka fotografi tentunya pemandangan alam merupakan obyek
yang bagus untuk melatih seni dan insting fotonya, mulai dari sunrise, sunset,
bunga edelweiss, sabana, danau,dsb. Sedangkan untuk yang hobi memasak, di
gunung merupakan kesempatan untuk belajar masak-memasak, meskipun dengan rasa
yang tidak karuan, tetapi masakan tersebut merupakan wujud ekspresi diri.
Sebagian orang yang di kota merasa malas memasak, di gunung bisa menjadi
tertarik. Jadi kita tidak hanya sekedar jadi pendaki biasa, tetapi juga
fotografer dan koki yang handal.
masak di gunung gede
makan bareng - gn.raung
Satu hobi, banyak manfaat….mari mendaki gunung….
kawah gunung raung
mahameru
kereenn kakk.. woww passion tetep passion.. profesi ya profesi hahah mantapp dah
BalasHapusBUTUH OJEK KLIK DISINI
BalasHapus