Powered By Blogger

Rabu, 06 Mei 2015

GIRINDRA WANGSA


GIRINDRA... THE LORD OF THE MOUNTAIN

inilah jaman atau waktu dimana manusia menguasai gunung,

senang tapi prihatin....




seiring dengan perkembangan, manusia selalu berubah secara dinamis, menyesuaikan pola pikir dan tindakan yang dianggap sesuai dengan masanya. Dulu mendaki atau naek gunung dianggap suatu tindakan yang ekstrim, dilakukan hanya oleh orang tertentu, dengan tujuan tertentu. gunung dipandang sebagai suatu tempat yang eksklusif, tempat dimana orang mencari ketenangan, mencari inspirasi baru, melakukan ritual ataupun sekedar mencari wangsit.

dengan semakin mudahnya akses informasi dan publikasi, berbagai pengalaman tentang ihwal pendakian dapat dishare dan dinikmati banyak orang. informasi mengenai indahnya alam Indonesia dapat diperoleh dari cerita, rangkaian catatan perjalanan, maupun foto. efek positifnya tentunya kita semakin tahu bahwa Indonesia mempunyai bentang alam yang sangat bagus, mempunyai gunung-gunung yang keren, yang tidak kalah dengan luar negeri. Gunung-gunung di Indonesia mempunyak variasi yang lengkap, mulai gunung dengan hutan heterogen, gunung batu, gunung api dan bahkan gunung dengan salju. istilahnya, kalau di Indonesia ada, ngapain harus ke luar negeri??

mendaki gunung sedang ngetrend sekarang. biar kekinian, banyak orang pengin mencoba rasanya mendaki gunung. tidak hanya mall dan tempat belanja yang ramai sekarang, gunung pun juga. terutama lagi jika long wiken. mendaki gunung menjadi kegiatan yang lumrah dan bukan suatu hal yang menakutkan lagi. kita jadi punya banyak teman, bisa berbagi cerita, berbagi logistik dan tentunya berbagi biaya transpot.


suasana puncak Cikuray, Garut, Jawa Barat


naek gunung pun bisa macet


suasana kumbolo, Semeru



namun, sudah menjadi tabiat dari orang Indonesia, yang sampai sekarang belum bisa hilang, ajang pendakian selalu menyisakan kesan yang negatif. Masih ada sebagian orang yang belum bisa menghilangkan kebiasaan membuang sampah sembarangan, corat-coret di media yang ada di jalur pendakian bahkan di pohon, menebang pohon secara sembarangan, mengambil edelweis, beol di sembarang tempat, dan sebagainya. Banyak sekali penmas yang diadakan oleh adventure organizer, secara komersial cukup bagus, pemasukan bagi pengelola gunung, taman nasional, maupun warga sekitar. tetapi kadang dampak lingkungannya lebih banyak dan sulit dikendalikan. Peraturan dan sanksi saja tidak cukup untuk mengurangi efek negatif tersebut, dibutuhkan kesadaran dari setiap orang untuk menjaga kelestarian, seperti ketika merawat dan menjaga rumah sendiri.


mencuci peralatan langsung di tempat air, apalagi menggunakan sabun, dapat menyebabkan air kotor, tercemar, dan kurang layak dikonsumsi


sampah yang ditinggal di kumbolo, semeru
kuat bawa naik, masa gak kuat bawa turun??


sampah yang ditinggal di surya kencana gunung gede,
apakah masih mengganggap sama seperti di kota, dengan menaruh sampah, nanti ada petugas kebersihan yang mengangkut??


berkreasi tapi salah tempat



beberapa vandalisme dan coret-coret yang merusak fasilitas dan mengganggu pandangan


tugu burangrang,
beberapa kali di cat tetap saja setelah itu kotor lagi


corat-coret dan tempelan stiker yang bikin kotor plang tanda lokasi 


stiker yang asal tempel,
ajang pamer nama organisasi atau kelompok??


maksud pesan yang bagus tapi salah tempat


tidak hanya memetik, tapi mencabut edelweis seakar-akarnya


gunung bukan hanya untuk didaki saja, tapi juga sebagai ajang jalur motorcross


vandalisme apakah hanya sebatas hanya coret-coret dan memasang stiker saja??
jika menilik arti katanya sendiri sebenarnya segala hal yang dapat menyebabkan kerusakan termasuk vandalisme. ada hal-hal lain yang sering ditemukan di jalur pendakian, seperti plang penunjuk yang cukup banyak, terutama plang pos, dan  plang di puncak dengan nama kelompok/organisasi masing-masing. terlebih lagi memasangnya dengan dipaku di pohon, ada yang memasang bendera dan banner  dan lain-lain. lantas, jika dari pihak yang berwenang sudah memasang penanda plang, yang lain-lain tersebut fungsinya untuk apa??apakah masing-masing ingin terkenal dan eksis???

bukankah kita selalu berprinsip, jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak??



tempelan di puncak raung 


 
plang di lawu,
mungkin cuma 1, tapi kalau yang lain ingin meniru dengan membuat plang yang sama, apa tidak menjadi ajang pameran??


penanda pos,
kenapa harus memasang lagi kalau fungsinya sama??





Nah, jika kebiasaan dan budaya seperti tidak bisa hilang, bagaimana nasib gunung ini nanti ke depannya? 





JANGAN MERUSAK TEMPAT BERMAIN KITA, 
BUKAN HANYA KAMI




Manfaatkan tapi tetaplah peduli dan menjaga







Tidak ada komentar:

Posting Komentar