GUNUNG ARJUNA VIA SELATAN (DESA GABES, JUNGGO, MALANG)
SUMBER : https://ghulamalaufa.wordpress.com/2013/10/30/pendakian-gunung-arjuna-via-jalur-gabes-malang-2/
Mas Ghulam (YEPE) : https://www.facebook.com/GhulamAufa (hp 085645720900)
Pendakian Gunung Arjuna
via Jalur Gabes, Malang
Ini adalah puncak Arjuna saya yang kedua. Setelah sebelumnya kaki saya menapak puncak berbatu ini untuk pertama kalinya kurang lebih hampir dua tahun yang lalu. Misi ke puncak kali ini agak berbeda dengan tujuan saya naik gunung sebelumnya. Misi kali ini adalah selain mencoba jalur baru, saya dan dua orang yang lain, Andi dan Arif, berusaha mengumpulkan data tentang trek ke Gn. Arjuna via Gabes yang katanya adalah jalur tercepat menuju puncak. Nantinya data yang kami kumpulkan ini bisa menjadi referensi tertulis alternatif bagi para pendaki yang ingin melalui jalur yang bisa dibilang jarang dilewati.
Jalur ini bernama Gabes karena start pendakian berada di desa Gabes, Kab. Malang. Untuk menuju lokasi ini bisa dengan menggunakan angkutan dari kota Batu berwarna jingga (orange) jurusan Cangar dan turun di gapura desa Junggo. Dari situ, bisa dilanjutkan dengan naik ojek menuju ladang yang dekat dengan perbatasan hutan. Sampai di ladang, para pendaki bisa mengisi persediaan air yang ada di sekitar area. Air biasanya diambil dari salah satu pipa pengairan dan di area ini adalah tempat terakhir mengisi persediaan air.
Pemandangan di awal pendakian adalah hamparan ladang yang luas dan di depan sudah terlihat jelas hutan rapat. Sekitar lima belas menit berjalan, kami sudah memasuki area hutan rapat yang didominasi oleh tanaman semak berbunga putih serta deretan pohon waru serta banyak macam pohon lain. Tanjakan sudah menyambut di awal pendakian dan hanya ada sedikit jalur landai. Beberapa persimpangan jalan bisa ditemui di sini dan string line serta sayatan pohon sebagai penanda jalur memudahkan kami. Namun harus benar-benar cermat memperhatikan jalur karena cukup rapat tertutup semak.
Keluar dari hutan rapat, sekitar dua jam berjalan, suasana berganti dengan jajaran pohon pinus dan bebatuan besar. Ini tandanya kami sudah berada di tempat yang cukup tinggi. Di sepanjang jalan ini, terdapat jurang di sisi kiri. Di sini juga terdapat banyak pohon tumbang sisa kebakaran satu tahun yang lalu.
Satu setengah jam berjalan, vegetasi kembali berubah menjadi hutan rapat dengan pohon-pohon khas ketinggian di atas 2000 mdpl. Di area ini bisa ditemukan beberapa satwa seperti lutung dan burung sejenis jalak. Jalur pendakian lagi-lagi masih terus menanjak. Di area ini waktu itu hari sudah menjelang petang dan suhu terasa dingin. Untuk itu, kami putuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat. Area kami mendirikan tenda bisa dibilang cukup sempit, hampir tidak cukup untuk tenda Lafuma kuning kapasitas 4 orang. Total perjalanan yang kami tempuh dari ladang sampai tampat kami berkemah, kurang lebih, lima jam berjalan. Let’s called it a day.
Pagi hari, selesai sarapan, kami bergegas melanjutkan perjalanan. Barang bawaan kami sebagian besar kami tinggal di area sekitar tempat kami berkemah. Yang kami bawa hanya air minum secukupnya, medical kit, survival kit, beberapa makanan ringan, kamera dan beberapa alat operasional penting yang lain.
Tidak lama kami berjalan, kami sudah bisa melihat pemandangan gunung Welirang dan Kembar Satu. Dari sini juga sudah bisa dilihat lapisan gumpalan awan sudah berada di bawah kaki kami. Hanya lima menit berjalan, vegetasi berubah menjadi jajaran pohon pinus besar dan tidak terlalu rapat. Di area ini bisa ditemukan beberapa tempat untuk mendirikan tenda, tepatnya sekita 20 menit dari tempat kami berkemah kemarin. Pohon-pohon edelweiss juga mulai bisa ditemukan di sini. Bahkan kami menemukan beberapa jejak hewan rusa. Seperti biasa, ada beberapa pohon arbei hutan yang juga menjadi ciri khas dari hutan ini.
Satu setengah jam kami tempuh, kami sudah bisa melihat hamparan sabana. Pohon edelweiss juga semakin terlihat banyak. Angin sudah terasa kencang, oksigen juga sudah mulai terasa tipis kami hirup. Ini menandakan kami sudah beradadi ketinggian 3000 mdpl. Pemandangan luar biasa indah dengan latar belakang gunung Welirang yang terus mengeluarkan asapnya. Cuaca pada saat itu sangat cerah. Kami terus mengikuti jalur yang ada hingga kami sampai di pelawangan. Tepat di area itu, banyak tempat luas yang bisa dijadikan area kemah. Di area itu juga terlihat jelas beberapa persimpangan menuju jalur lain. Kami harus perhatikan benar jalur kami atau kami akan menuju jalur lain dan berakhir di tempat lain juga. Dari pelawangan juga sudah terlihat jelas puncak bayangan Gn. Arjuna ditandai dengan bukitnya yang berbatu.
Di area ini jalur terlihat jelas. Kami melintasi area batuan besar. Kami menemukan salah satu makam di sini, menurut kabar, ini adalah makam seorang peziarah wanita yang meninggal di lokasi ini sekitar tahun 7o-an. Di sekitar makam masih ada beberapa bekas dupa di depan nisannya. Makam ini ditandai dengan dua buah nisan dari kayu dan terdapat sebuah nama yang kami tidak etis jika disebutkan.
Selesai melintasi area puncak bayangan, di depan kami sudah terlihat jelas puncak Gn. Arjuna dengan tumpukan batu-batu besar dan satu bendera merah putih Indonesia berkibar di sana. Di area ini juga terlihat jelas persimpangan jalur. Maka dari itu kami tandai jalur yang kami lewati agar tidak salah arah nantinya pada saat kami turun.
Sampai di puncak, kami sempatkan istirahat cukup lama sambil menikmati pemandangan di sekitar. Kabut dari bawah cukup kencang berhembus ke atas. Di area barat juga terlihat sudah mendung. Selesai istirahat, kami melakukan upacara khas YEPE dengan menyanyikan lagu We Shall Overcome. Setelah itu kami juga sempatkan untuk mengambil gambar dengan bendera operasional dan bendera pataka YEPE berkibar di bawah bendera Indonesia.
Di puncak, kami bertemu dengan pendaki lain dari Surabaya dan Jember. Mereka berlima berangkat dari jalur Purwosari, Pasuruan dan mendirikan tenda mereka di area sekitar Watu Gede. Kembali kami menambah persaudaraan dan silaturahmi di puncak Arjuna.
Sekitar satu jamdi puncak, kami putuskan turun kembali dengan melewati jalur yang sama. Perjalanan turunkami anggap lebih berbahaya dibandingkan pada saat perjalanan menuju puncak. Konsentrasi dan fokus sudah pasti mulai berkurang sehingga kami sempat salah jalur. Di area pinus besar juga sempat mengalamai kesulitan orientasi Karena jalur sudah banyak tertutup semak. Lagi-lagi string line dan sayatan pohon sangat membantu kami menemukan jalur. Perjalanan turun hanya memerlukan waktu lima jam saja dan kami sudah kembali ada di ladang.
Jalur Gabes menurut saya adalah jalur yang luar biasa. Dengan jalurnya yang terus menanjak dan sedikit sekali jalur landai, akan sangat menguras stamina para pendaki, ditambah lagi dengan tidak adanya sumber air yang kami temukan di sepanjang jalur ini menambah tantangan menjadi lebih berat. Jalur ini bagi saya memiliki keistimewaan. Salah satunya adalah masih banyaknya hewan seperti burung, lutung bahkan tikus bisa dengan mudah ditemui di sini. Hal yang perlu diwaspadai di jalur ini adalah banyaknya persimpangan. Diperlukan ketelitian memperhatikan tanda-tanda jalur seperti string line dan juga sayatan pohon yang ada.
Jalur Gabes bisa dikatakan sebagai jalur cepat menuju puncak Arjuna. Kurang lebih hanya berjalan delapan jam sudah sampai di puncak Arjuna. Luar Biasa, Maha Besar Tuhan atas segala ciptaan-Nya…
Tulisan keren kak,klik disini
BalasHapusBUTUH OJEK KLIK DISINI
BalasHapus